BUMI 1
BUMI DICIPTAKAN DALAM
WAKTU DUA HARI
Kitab-kitab samawi terdulu
(sebelum Alqur’an) menyepakati bahwa Allah telah menciptakan langit, bumi, dan
segala isinya dalam waktu enam hari. Setelah itu, Alqur’an juga memperkuat
kenyataan ini dalam berbagai ayatnya. Allah SWT berfirman sebagai berikut:
“Allah-lah
yang menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dalam
waktu enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Kamu semua tidak memiliki
seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu
tidak memperhatikan?”
(QS Al-Sajdah[32]:4).
Akan
tetapi, Alqur’an belum cukup menyebutkan hakikat alam ini. Oleh karena itu, ada
hakikat pendukung tentang penjelasan dari hari-hari pendiptaan langit dan bumi
tersebut. Begitu juga tentang keadaan alam ketika pertama kali diciptakan dan
keadaan yang terjadi sebelumnya. Hakikat yang paling penting, yang disebutkan
oleh Alqur’an secara berbeda dengan yang disebutkan dalam kitab-kitab samawi
adalah hakikat bahwa langit dan bumi telah diciptakan oleh Allah SWT dalam
waktu dua hari, tidak memakan waktu dalam 6 hari. Hal ini seperti dikatakan
oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut:
“katakanlah, ‘Pantaskah kamu
ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan pula
sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan seluruh alam.’ Dia siptakan padanya
gunung-gunung yang kokoh diatasnya, kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan
makanan-makanan (bagi penghuninya)nya dalam 4 masa, memadai untuk (memenuhi
kebutuhan) mereka yang memerlukannya. Kemudian, Dia menuju ke langit dan
(langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi,
’Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.’
Keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan patuh,’ Lalu, diciptakan-Nya tujuh
langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan
masing-masing. Kemudian, langit yang dekat (dengan bumi). Kami hiasi dengan
bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah
ketentuan (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui,” (QS Fushshilat
[41]:9-12).
Sebagaimana yang telah
diungkapkan pada ayat diatas, bahwa Allah SWT telah menciptakan bumi dalam
waktu dua hari. Dia juga menciptakan langit dalam waktu yang sama. Sementara
itu, ayat-ayat lainnya juga menyebutkan bahwa jumlah waktu penciptaannya langit
dan bumi adalah enam hari.
Para mufasir terdahulu dari
berbagai mazhab berusaha menafsirkan ayat yang mengagumkan ini, dan menafsirkan
petunnjuk yang ada diantara hakikat alam yang ada dalam ayat tersebut dan
ayat-ayat lainnya. Diantara mereka terjadi perbedaan tentang waktu Allah SWT
menciptakan langit dan bumi pada saat yang bersamaan. Apakah 4 hari sisanya
Allah SWY gunakan untuk menciptakan gunung-gunung? Apakah dalanm waktu tersebut
dia menentukan jenis makanan dibumi, yang memakan waktu dua hari, sebagai mana
Allah menciptakan bumi dalam waktu tersebut?dan, masih banyak
pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Sesungguhnya ayat al quran ini,
apabila tidak ada wahyu lain yang turun untuk menafsirkannya, tidak bisa
ditafsirkan dengan berbagai bentuk penafsiran dengan berbagai bentuk penafsiran
dengan landasan perkiraan atau pemikiran semata, tetapi pelu mengetahui
kejadian –kejadian yang berhubungan dengan penciptaan ayat tersebut.
Oleh karena itu, ayat tersebut
dan ayat-ayat yang berhubungan dengan hakekat penciptaan alam, bisa ditafsirkan
hanya dengan pancaran hakekat alam yang telah tersingkap.
Yang
demikian dilakukan jika kebenarannya telah tetap sebagai mana yang terdapat
dalam ayat-ayat alqur’an yang berhubungan arah tegak bumi dan posisi
bintang-bintang (di langit), serta peranan gunung-gunung dalam mengokohkan
kulit bumi.
Berikut akan dijelaskan sebagian
hakekat ilmiah mendasar yang telah di ungkap para ilmuwan modern tentang proses
penyempurnaan penciptaan ala mini serta fase-fase yang telah dilalui hingga
menjadi bentuk seperti ini kemudian melalui penjelasan ini akan dilakukan
penafsiran ayat al quran seperti telah disebutkan di atas.
Sesuai dengan teori ilmiah-ilmiah
modern,alam ini tercipta sebagai hasil dari ledakan alm yang dahsyat yang
mengeluarkan seluruh materi alam. Pada zero
hour, alam dahulu berbentuk titik materi yang sangat kecil, sangat panas
dan padat. Para ilmuan memberi nama ledakan ini dengan “ledakan yang besar”
(big bang). Namun, mereka tidak mengetahui secara pasti isi dari materi dasar
yang menjadi awl munculnya alam ini, dan tidak mengetahui dimana ia berasal,
serta mengapa waktu tersebut ditentukan agar materi itu mengalami ledakan.
Mereka juga tidak mengetahui apapun tentang keadaan alam sebelum mengalami
ledakan. Maha benar Allah SWT yang telah berfirman sebagai berikut:
“aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penyiptaan langit dan
bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri. Aku tidaklah mengambil
orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong,” (QSAl-Kahf (18):51).
Para ilmuwan lebih condong
memperkirakan materi ala mini ketika pertama kali mengalami ledakan adalah
pertama kali mengalami ledakan berupa materi yang memiliki satu sifat yang
tersesun dari satu energi alami. Materi ini diperkirakan berasal dari ledakan
yang sangat kuat kemudian mengembang dan bergerak sangat cepat yang akhirnya
memenuhi seluruh angkasa. Yang demikian ini terjadi jika disana terdapat ruang
kosong yang diyakini oleh sebagai ilmuwan bahwa rung dan waktu itu telah muncul
seiring terjadinya ledakan tersebut. Alam ini dahulu berbentuk seperti bola api
yang berisi awan bergerak-gerak. Bola ini semakin membesar dan melebar dengan
bentuk yang mengagumkan hingga temparaturnya mencapai 30000C,
berlangsung selama kurang lebih 100.000 tahun. Ketika berada dalam temperatur
tersebut, mulailah terjadi bentu sederhana seperti quarks, lepton dan photon
yang merupakan bentukan dari materi yang berubah tersebut. Demikian pula tampak
empat energy alami yang menjadi satu energy yang masing-masing memiliki
penyekat.
Seiring berkurangnya temperature
pada alam yang baru terbertuk hingga mencapai derajat yang rendah, muncullah
bentukan atom dasar berupa proton, neutron dan electron yang terbentuk dari
perpaduan bermacam quarks dan lepton sebagai hasil dari pengaruh energy alam
yang berbeda-beda.
Para ilmuwan telah menenukan
bahwa proton terdiri dari atas tiga quarks, dua diantaranya membawa muatan
positif, yang jumlahnya sama dengan 2/3 muatan proton, sedangkan yang ketiga
membawa muatan negatif yang jumlah nya sama dengan 1/3 muatan proton.
Maksutnya, setiap muatan proton adalah positif dan jumlahnya seukuran dengan
muatan electron negative. Sementara itu, neutron juga terdiri atas tiga quarks,
dua diantaranya membawa muatan negative yang jumlahnya sama dengan 1/3 muatan
proton, sedangkan yang ketiga membawa muatan positive, yang jumlahnya sama
dengan 2/3 muatan proton. Maksutnya, jumlah seluruh muatan adalah nol. Diantara
pernyataan para ilmuan yang menghebohkan adalah bahwa jumlah dan jenis quarks
yang muncul dari ledakan besar ini dihitung dengan rinci telah menghasilkan
beberapa proton setelah mengalami penggabungan yang jumlahnya sama dengan
jumlah electron. Demikian pula jumlah neutron yang cukup untuk membuat unsur
alami yang membentuk alam ini.
Allah SWT telah meletakkan tiga
materi ini menjadi 4 energi untuk mengatur aktivitas masing-masing, lalu mengatur
seluruh unsur pembentuk alam ini, seperti energy nuklir yang kuat dan yang
lemah, energy elektromagnetis, dan energy graviatsi. Allah SWT telah menentukan
karakteristik dari semua energy ini, baik tenaga meupun pengaruhnya.
Sekiranya terjadi kekeliruan
kecil dalam ukurannya, niscaya alam ini tidak akan seperti keadaan sekarang.
Hal ini telah ditetapkan oleh para ilmuan melalui berbagai penelitian ilmiah
mereka. Dua energy, baik yang kuat maupun yang lemah yang terdapat dalam proton
dan neutron, energinya jauh melampaui dua energy lainnya (energy
elektromagnetis dan energy gravitasi). Namun, keduanya saling berlawanan, hanya
bekerja sama dalam waktu singkat. Oleh karena itu, keduanya bertanggung jawab
atas ikatan proton dan neutron dalam inti atom, meskipun ada energy listrik
yang cukup antara beberapa proton.
Ada pula pemikiran yang
meleterbelakangi pembentukan alam ini, yaitu adanya neutron-neutron dalam inti
atom, yang diperkirakan pertama kali oleh para fisikawan bahwa neutron-neutron
tersebut adalah bentuk yang tidak memiliki manfaat, karena tidak membawa muatan
listrik. Akan tetapi, sesuai melakukan kajian-kajian yang mendalam, jelas bahwa
neutron-neutron itu memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan jumlah
yang besar dari unsur-unsur alami tersebut.
Tanpa adanya neutron-neutron
ini, tidak mungkin inti atom bisa mengandung proton dalam jumlah besar. Karena
energy listrik unsur-unsur lain yang kuat terdapat dalam neutron-neutron
tersebut, sebagaimana telah dijelaskan oleh para fisikawan.
Bagi para ilmuan, energy nuklir
yang kuat dan lemah benar-benar telah dibatasi oleh kekuatan dengan sangat
ketat. Jika jumlah energy nuklir tersebut bertambah atau berkurang meskipun
ukurannya sangat kecil, niscaya tidak mungkin terbentuk unsur-unsur dalam
jumlah besar yang terdapat dalam planet-planet tersebut.
Energy elektromagnetis muncul
setelah adanya dua energy nuklir yang kuat. Energy tersebut bertanggung jawab
atas rangkaian electron-elektron dengan inti atom meleui rotasi di
sekelilingnya. Salah satu hal yang menakjubkan adalah bahwa electron tidak
mungkin menerima daya tarik ke dalam inti atom, meskipun terdapat energy
gravitasi antara electron dan proton. Andaikan hal ini terjadi, niscaya bumi
akan menjadi seukuran bola kaki, dan ala mini bentuknya tidak seperti sekarang.
Fenomena ini masih menjadi
teka-teki yang membingungkan bagi para ilmuwan. Namun, rahasianya baru
terungkap pada ¼ abad pertama abad ke-20 setelah mereka mengetahui bahwa dua
energy mekanik klasik tidak mungkin tersusun atas gesekan electron ketika
berdekatan dengan proton, tetapi menuntut digunakannya dua energy baru, yaitu
dua energy mekanik yang tersembunyi yang mengungkapkan bahwa electron membuat
garis orbit tertentu ketika berotasi di sekeliling inti atom.
Karena batasan yang mengagumkan
pada jarak orbit electron disekeliling inti atom, dan karena terbatasnya jumlah
electron yang meluas pada setiap electron-elektron tersebut, maka jumlah yang
besar tersebut dihasilkan dari fenomena-fenomena fisika dan kimiawi. Fenomena
inilah yang telah menghabiskan usia para ilmuwan untuk menyingkap misteri dan
rahasia yang terdapat pada aneka ragam ciptaan Allah SWT serta segala macam
ciptaan manusia.
Energy gravitasi adalah energy
terlemah diantara energy-energi lainnya, yang bertugas menghubugkan berbagai
galaxy, planet, dan bintan pada rotasinya masing-masing. Pemilihan ukuran
energy dalam bentuk yang tepat adalah agar jarak antara massa dan kecepatan
rotasi tidak melebihi batasan-batasan yang diterima akal.
Salah satu keajaiban dalam penciptaan
adalah jika proton melebihi dari jumlah electron atau sebaliknya secara
terpisah, niscaya seluruh benda yang berada di langit akan memiliki muatan,
seperti muatan listrik.
Karena kekuatan energy
elektromagnetik lebih besar daripada energy gravitasi, maka ia akan menghalangi
terjadinya pembentukan planet baru, juga menghalangi rotasi bintang disekitar
planetnya masing-masing apabila terjadi pembentukan baru. Atom-atom alam ini
pun akan berterbangan ke berbagai arah sebab tidak adanya kecocokan antara
unsure-unsur pembentuknya. Akan tetapi, karena kemahalembutan Allah SWT kepada
kita, semua benda langit tidak mengandung listrik. Oleh karena itu, hanya
energy gravitasi yang bertugas menjaga keseimbangan seluruh benda langit
tersebut. Mahabenar Allah SWT yang telah berfirman sebagai berikut:
“kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedangkan
mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat
padanya. Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing beredar di dalam garis edarnya”.(QS Al-Anbiya [21]:32-33).
Sebelum menjelaskan fase-fase
yang lain, akan dibalas alam untukmembandingkan hakekat yang di sebutkan dalam
ayat Alqur’an dengan hakekat yang telah disampaikan oleh para ilmuwan. Ayat
Alquran akan menjadi tema dalam pembahasan ini telah menyebutkan bahwa alam ini
pada mulanya dulu berasal dari materi asap. Hal ini tertung dalam firman Allah
Swt berikut:
“Kemudian dia menuju pada penciptaan langit dan langit itu masih
berbentuk asap,” (QSFushshilat (41):11).
Yang dimaksut langit dalam ayat
ini adalah rung angkasa yang penuh dengan asap yang dihasilkan oleh ledakan
alam yang besar. Langit itu bukan yang terbentuk dari asap dan sebelumnya tidak
terdapat langit lain. Para ilmuwan telah menyatakan bahwa awan tersebut
merupakan wujud pertama yang bernama debu kosmis (cosmic dust), yang dalam Alquran dinamakan dengan dukhan (uap). Pemberian nama oleh
Alquran lebih tepat dibandingkan dengan pemberian nama oleh para ilmuwan.
Bentuk awal tersebut lebih kecil dari debu bahkan asap, tetapi asap lebih kecil
dan lebih ringan yang masih bisa dilihat oleh mata telanjang.
Dari sini, kita hendaknya
bertanya pada orang-orang yang tidak beriman dan tidak percaya bahwa Alquran
berasal dari sisi Allah Swt. Pertanyaannya adalah dari mana nabiSaw yang buta
huruf, yang hidup dalam lingkungan masyarakat yang juga buta huruf membawa
hakekat besar tentang keadaan alam pada waktu awal mula diciptakan dan masih
menjadi misteri hingga akhirnya diungkapkan oleh Allah Swt melalui pengetahuan
makhluknya pada zaman sekarang? Sesungguhnya kebenaran ilmiah ini tidak pernah
disebutkan oleh berbagai kitab suci sebelum Alquran. Hal ini merupakan salah
satu hal yang menguatkan kebenaran Alquran, dan kebenaran Zat yang telah
menurunkannya,sekaligus bukti bahwa Alquran itu diturunkan dari Zat yang maha
mengetahui lagi maha mengenal, yang menyingkap semua rahasia alam ini.
Bagaimana tidak, sementara dia adalah pencipta alam tersebut. Allah Swt
berfirman sebagai berikut:
“apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu ungkapkan
atau rahasiakan). Dia mahahalus lagi maha mengetahui?” (QSAl-Mulk(67):14).
Alquran telah menerangkan secara
jelas dalam tiga ayatnya tentang hakekat ledakan alam yang besar, hakekat
perluasan alam, dan hakekatlemahnya ala mini. Alquran juga menerangkan bahwa
semua lapisan langit serta benda-benda angkasa yang tehampar disana dahulu
berasal satu gumpalan.kemudian materi alam yang berupa gumpalan yang memenuhi
alam dalam bentuk asap tersebut bercerai berai. Hal ini membuktika kebenaran
firman Allah Swt berikut:
“apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dari air, kami jadikan segala sesuat
yang hidup. Lalu, mengapakah mereka tidak juga beriman?” (QS Al-anbiya
[21]:30).
Dalam
istilah bahasa, telah diketahui bahwa kata (pemisahan) adalah antonim
dari (perpaduan), yaitu
menggabungkan dua hal menjadi satu, sedangkan adalh keluarnya suatu dari materi
yang lain. Pemisahan tidak akan terjadi kecuali karena adanya ledakan besar
pada materi alam pertama kali yang penuh dengan gumpalan-gumpalan yang di kenal
dalam Alquran dengan istilah
(asap/uap).
Alam
ini pada mulanya berupa satu gumpaklan lalu berubah menjadi materi asap yang
memenuhi ruang kosong yang mengintarinya. Hal ini tidak akan terjadi kecuali
karena hasil dari ledakan materi tersebut. Ledakan inilah yang menyebabkan
terjadinya alam pertama kali yang menyebar dan merambah keberbagai penjuru
dengan kekuatan dahsyat yang menyebabkan terjadinya perluasan alam yang masih
kita saksikan pengaruhnya sampai saat ini.
Diantara
hal yang menguatkan bahwa materi ala mini berasal dari ledakan alam yang besar
adalah petunjuk dari Alquran bahwa ala mini selalu mengalami perluasan terus-menerus.
Perluasan terebut tidak akan ada kecuali jika alam ini berasal dari benda kecil
yang isinya semakin bertambah. Hal ini dibenarkan oleh firman Allah SWT sebagai
berikut:
“Langit itu kami bangun dengan
kekuasaan (kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”(QS Al-Dzariyat [51]:47).
Alqur’an
juga secara khusus telah menyebutkan hakikat perluasan alam ini sebagaimana
Alqur’an juga telah menyebutkan hakikat asap yang telah dijelaskan sebelumnya.
Sementara itu, belum ada sama sekali kitab-kitab samawi terdahulu yang
menyebutkan tentang perluasan alam ini.
Ayat
ketiga yang menguatkan kebenaran hipotesis ini adalah firman Allah SWT berikut:
“(Yaitu) pada hari Kami gulung
langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas, sebagaimana Kami telah
memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya,”(QS
Al-Anbiya’[21]:104).
Apabila
ayat sebelumnya menerangkan tentang perluasan alam pada awal terjadinya, ayat
ini menerangkan tentang peyusutan alam pada akhir penciptaannya, lalu Allah SWT
akan mengulangi penciptaan kembali seperti sedia kala.
Mari
merenungkan perumpamaan Alqur’an tentang bagaimana cara menyusutkan alam ini
ketika waktunya telah habis, yaitu cara yang sama dengan apa yang kita lakukan
dalam melipat surat atau buku ketika selesai menulisnya seperti biasa yang
trjadi pada masa turunnya Alqur’an. Para ilmuwan telah bersepakat tentang hakikat
perluasan alam ini, tetapi sampai sekarang mereka belum bisa menetapkan keadaan
yang akan menjelaskan alam tersebut, karena sebagian dari mereka berpendapat
bahwa alam ini akan tetap meluas selamanya. Sementara itu, ilmuwan lainnya
berpendapat bahwa akan datang suatu masa yang ketika itu energy gravitasi dan
unsure-unsur pembentuknya akan mendominasi energy pendorong yang menyebabkan
terjadinya ledakan. Saat itulah alam ini akan kembali seperti awal mula ia
diciptakan lalu runtuh dengan sendirinya.
Kita
percaya sepenuhnya pada janji Allah SWT seputar kejadian alam ini bahwa alam
akan kembali seperti pertama kali diciptakan, sebagaimana firman Allah SWT
berikut:
“Sebagaimana Kami telah memulai
penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Itulah suatu janji
yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya,”(QS Al-Anbiya’[21]:104).
“Mereka tidak mengagungkan Allah dengan
pegagungan yang semestinya, padaal seluruh bumi dalam genggaman-Nya pada Hari
Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Dia Mahasuci Tuhan dan
Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan,”(QS Al-Zumar [39]:67).
Fase
kedua dari fase-fase penciptaan alam adalah fase penciptaan galaxy dan
bintang-bintang dari asap tersebut, yang terdiri dari proton, neutron,
electron, dan photon. Setelah alam ini membeku hingga mencapai -3000o Kelvin, neutron-neutron tersebut mulai bersatu
dengan proton sebagai hasil dari pengaruh energy elektromagnetis yang membentuk
atom-atom hydrogen, yang terdiri dari satu proton dan satu electron, seluruh
unsure pembentuk alam terebas dari aliran listrik yang memberikan tempat bagi
energy gravitasi, agar proton dan electron memainkan perannya dalam membentuk
alam ini, meskipun amat lemah jika dibandingkan dengan energy-energi alami
lainnya.
Bentuk
alam tetap sama seperti saat ini. Materi asap yang terdiri dari atom-atom
hydrogen dan neutron tersebar ke berbagai penjuru alam secara merata dengan
kepadatan yang sama. Namun, pada saat ini kepadatan meteri terbentuk dengan
tidak seimbang karena belum ada ilmuwan yang menjelaskan secara pasti dan
mejadikan ketidakseimbangan ini sebagai pusat gravitasi yang tersebar keseluruh
penjuru alam, serta energy gravitasi mulai berperan dalam menghilangkan
pengaruh energy elektromagnetis. Yang demikian terjadi melalui gravitasi yang
ditambahkan dengan hydrogen yang mengelilinginya, serta memunculkan hydrogen
yang memiliki massa yang berat.
Ketika
massa hydrogen mencapai jumlah tertentu dan menekan jumlah hydrogen pada pusat
massa tersebut, maka temperaturnya akan meninggi sampai batas tertentu dan
terjadilah proses peleburan nuklir antara atom-atom hydrogen yang menghasilkan
atom-atom helium. Proses tersebut juga menghasilkan energy besar hingga
membentuk bintang.
Ukuran
bintang-bintang yang terbentuk dari peleburan atom-atom hydrogen tersebut
berbeda-beda sesuai dengan jumlah hydrogen yang larut didalam ruang angkasa dan
sesuai dengan jatuhnya bintang-bintang tersebut pada susunan alam ini. Ketika
ukuran bintang bertambah, maka bertambah pula temperature di dalamnya karena
adanya peningkatan tekanan pada bintang. Oleh karena itu, bintang-bintang yang
besarnya seukuran dengan matahari tidak mungkin akan terbakar, kecuali karena
kandungan hydrogen didalamnya. Yang demikian relative kecilnya ukuran dan
temperature yang ada didalamnya. Oleh karenanya, bintang tidak akan terbentuk
kecuali dengan unsure helium didalamnya.
Agar
dapat membuat unsure-unsur yang lebih berat dari helium, Allah SWT telah
menentukan adanya bintang-bintang yang paling besar dan temperaturenya lebih tinggi dari
matahari. Bintang-bintang yang besar mengalami proses peleburan nuklir dengan
atom helium lebih complex yang menghasilkan atom-atom unsure litium, karbon,
nitrogen, dan oksigen, kemudian diakhiri dengan unsure-unsur berat, seperti
besi, timah, uranium, dan unsure-unsur alami lainnya yang berjumlah lebih dari
100 unsur.
Komplexitas kepadatan materi
alam menyebabkan pembentukan bintang-bintang yang tersusun di seluruh penjuru
alam. Komplexitas lainnya terdapat pada kepadatan bintang-bintang yang saling
berdekatan. Bintang-bintang itu mulai bergerak menuju pusat gravitasinya dan
berotasi mengelilingi garis orbit yang membentuk beberapa galaxy.
Diantara hal yang sangat
mencengangkan para ilmuwan adalh pendistribusian yang teratur pada seluruh
galaxy dalam segala penjuru alam yang berbeda, yang hanya terjadi ketika
seluruh komplexitas ini terdapat dalam satu waktu dan satu kepadatan dalam
setiap tempat di alam ini.
Disana terdapat perbedaan ukuran
ukuran bintang. Para ilmuwan menemukan bahwa setiap galaksi berbeda-beda dengan
segala bertuk dan ukurannya dimana setengah jumlah bintang dalam satu galaksi
mecapai 100 miliar dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Para ilmuwan
memperkirakan, dengan kasat mata, jumlah galaksi yang berada di tata surya ini
mencapai lebih dari 1.000 miliyar. Alam kasat mata adalah alam (galaksi) yang
bisa dilihat oleh mata manusia dengan menggunakan teleskop maha benar Allah SWT
yang telah berfirman sebagai berikut:
“maha
suci Allah yang menjadikan dilangit gugusan-gugusan bintang dan dia menjadikan
juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya,” (QS Al furqan [25]:61).
Semua galaksi,planet, dan
bintang yang kita lihat terdapat dalam ruang kosong yang berotasi mengelilingi
langit yang dekat (dengan bumi), yaitu langit tujuh yang posisinya dekat dengan
kita. Maksutnya benda-benda angkasa yang terdapat pada langit yang dekat
(dengan bumi) atau langit pertama itulah yang dimakan oleh para ilmuwan oleh
alam kasat mata. Barang kali, apa yang dilihat oleh mereka melalui
observatorium hanyalah sebagai kecil dari langit dunia ini. Maha benar Allah
yang telah berfiman sebagai berikut:
“lalu
diciptakan-nya tujuh langit dia mewahyukan urusan masing-masing. Kami hiasi
langit yang dekat (dengan bumi) dengan bintang-bintang dan kami (ciptakan itu)
untuk memeliharaya. Demikianlah ketetentuan yang maha perkasa lagi maha
mengetahui,”(QS Fushshilat [41]: 12).
Salah satu kebuktian kebenaran
kehebatan Allah Swt tersebut adalah kemampuan akal manusia dalam mengungkap
rahasia alam ketika pertama kali alam ini terbentuk. Kemampuan ini kembali
kepada Allah yang telah membuat akal tersebut, bukan kepada manusia yang
membawa otak dalam tempurung kepalanya dan mengunakannya. Para fisikawan mampu
membuat teori baru yang sesuai dengan teori “ledakan besar” yang dinamakan juga
dengan teori “alam yang mengembang”. Hal ini terjadi karena kegagalan teori
pertama dalam menjelaskan beberapa fenomena fisika pada terjadinya ledakan
pertama. Hanya saja keduanya sama-sama menjelaskan kejadian alam setelah
terjadinya ledakan tesebut.
Ketika para ilmuwan memecahkan
persamaan fisika yang menyusun reaksi materi dan energy alam pada waktu pertama
kali terjadinya pembentukan alam, mereka bisa menggungkap berbagai fakta yang
mengagumkan, yang menguatkan fakta yang telah didescripsikan dalam kitab-kitab
samawi, khususnya Alqur’an, tentang susunan alam ini.
Ringkasan teori ini adalah
terjadinya ledakan kedua dan hasil dari kejadian fenomena fisika yang langka
yang dinamakan dengan reaksi akhir. Alam mulai meluas dengan ukuran yang lebih
besar dari yang tertulis dalam teori ledakan besar. Perluasan yang mengejutkan
pada alam ini menghasilkan beberapa zona materi yang terus-menerus
menggelembung yang memisahkan antara batasan-batasan yang kuat dan setiap
gelembung membentuk alam yang khusus. Teori ini dikuatkan dengan redaksi
Alqur’an bahwa alam besar dan berukuran luas yang kita saksikan ini atau yang
dinamakan dengan alam kasat mata, hanyalah bentuk kecil dari seluruh alam ini yang
jumlahnya tidak bisa ditentukan dengan teori.
Hal
ini sesuai dengan adanya alam-alam lain yang telah disepakati oleh seluruh
kitab samawi, selain alam yang kita saksikan dengan mata kita atau yang bisa
dilihat melalui obsrvaterium kita. Kitab-kitab samawi tersebut menamakan
alam-alam ini dengan langit yang tujuh,sebagaimana yang terdapat dalam firman
Allah SWT sebagai berikut:
“Lalu,
diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia
mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian, langit yang dekat (dengan bumi),
Kami hiasi bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara.
Demikianlah ketentuan (Allah) yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.”(QS Fushshilat [41]:12)
Alqur’an juga telah
mengungkapkan ayat-ayat lainnya tentang beberapa keistimewaan yang berhubungan
dengan cirri-ciri langit tersebut. Pertama,
disebutkan bahwa langit itu berbentuk lapisan. Setiap langit menutupi langit
yang ada dibawahnya. Hal ini hanya terjadi jika langit-langit tersebut dalam
bentuk lingkaran cekung, setiap langit mengelilingi langit lainnya. Adapun yang
menjadi pusat lingkaran-lingkaran tersebut adalah tempat diman terjadinya
ledakan alam besar. Hal ini didukung oleh firman Allah SWT sebagai berikut:
“Yang
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang pada ciptaan Tuhan yang Maha Pengasih. Karnanya, lihatlah sekali lagi,
adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?”(QS Al-Mulk [67]:3).
Alqur’an juga telah menyebutkan
bahwa setiap langit dari langit tujuh tersebut memiliki ukuran tertentu,
sebagaiman firman Allah SWT berikut:
“Allah
yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa dengan
itu. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu,”(QS Al-Thalaq[56]:12).
Alqur’an telah mendescripsikan
langit tujuh tersebut secara detail. Pendeskripsian ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oeh para ilmuwan dalam teori alam yang mengembang. Teori itu
mengatakan bahwa batas antara alam yang berbeda-beda, terbentuk dari beberapa
kutub megnet. Setiap kutub berasal dari bentuk terberat yang keberadaannya
dikatakan oleh para ilmuwan. Akan tetapi, sampai sekarang mereka belum
menemukan apapun dalam benda-benda alam kasat mata tersebut. Mehabenar Allah
SWT yang telah berfirman sebagai berikut:
“Kami
membangun diatas kamu tujuh (langit) yang kokoh,” (QS Al-Naba’ [78]:12)
“Apakah
penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dbangun-Nya? Dia
telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,”(QS Al-Nazi’at [79]:27-28)
“Sungguh,
penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui,”(QS Al-Mukminin [40]:57)
Alqur’an juga menjelaskan
benda-benda angkasa yang telah diciptakan oleh Allah SWT pada alam ini, yang
lebih besar dari langit tujuh dan apa yang terdapat didalamnya, seperti Kursi
Allah SWT yang didalamnya mencangkup tujuh langit tersebut, sebagaimana firman
Allah SWT berikut:
“Kursi
Allah meliputi langit dan bumi,”(QS Al-Baraqah) [2]:255).
Luas Kursi tersebut dan langit
tujuh yang tercakup didalamnya, selalu disebutkan bersamaan dengan luasnya
Arsy, tempat Allah bersemayam. Dia berfirman dalam Alqur’an sebagai berikut:
“Katakanlah,
‘Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki Arsy yang
agung?’ “(QS
Al-Mukminun [23]:86).
“Allah,
tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai Arsy yang agung,”(QS Al-Naml [27]:26).
Beberapa hadist Nabi SAW telah
menjelaskan luasnya alam yang kita diami ini. Salah satu yang membuat keraguan
sebagian orang tentang hadist-hadist tersebut adalah adanya factor yang
dilebih-lebihkan, yang disebutkan didalam hadist-hadist itu tentang jarak alam.
Dalam salah satu hadist disebutkan bahwa jarak yang paling dekat dengan bumi,
yang didalamnya terdapat ribuan milyar galaxy dan setiap galaxy terdiri atas
ratusan milyar bintang, dibandingkan dengan jarak langit kedua seperti
lingkaran (cincin) pada gurun pasir yang luas. Demikian pula keadaan langit
kedua dengan langit ketiga dan demikian seterusnya yang terjadi pada
langit-langit berikutnya hingga berakhir pada Arsy.
Kita semua mengetahui setelah
adanya penemuan ilmiah modern dalam bidang astronomi bahwa tidak ada sesuatu
pun yang dilebih-lebihkan dalam bentuk yang telah dideskripsikan oleh ayat-ayat
Alqur’an dan hadist-hadist Nabi SAW yang menjelaskan tentang besarnya alam ini.
Akan tetapi, gaya bahasa Alqur’an sangatlah cerdas ketika ia berusah
menjelaskan kepada manusia tentang besarnya alam ini. Akan tetapi, gaya bahasa
Alquran sangatlah cerdas ketika ia berusaha menjelaskan kepada manusia tentang
jarak jauh yang memisahkan antara bintang satu dengan bintang yang lain. Yang
demikian dilakukan dengan bersumpah kepada tempat rotasinya. Dari sana Alquran
menjelaskan bahwa sumpah ini sangat penting seandainya mampu mengetahui ukuran
jarak tersebut. Oleh karena itu, Allah SWT sebagai berikut:
“lalu, aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.
Sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui,” (QS
Al-Waqi’ah[56]:75-76).
Fase ketiga dari fase-fase
penciptaan alam adalah fase penciptaan planet-planet, khusnya planet-planet
yang mengintari matahari, termasuk diantaranya adalah planet bumi yang
dipermukaannya terdapat mahluk hidup. Para ilmuwan belum memiliki kesepakatan
seputar cara pembentukan planet-planet disekitar bintang-bintangnya atau
bulan-bulan di sekitar planet-planetnya. Namun sejumlah ahli telah mencoba
untuk merumuskan teori untuk menjelaskan cara pembentukan planet-planet di
sekitar bintang.
Teori yang paling popular adalah
teori yang menyatakan bahwa materi yang membentuk planet yang menghintari
matahari tersebut berasal dari luar matahari yang bersandar pada keyakinan
bahwa kualitas unsure-unsur alami yang terdapat dalam planet-planet tersebut,
terutama bumi, tidak mungkin dihasilkan dari matahari.
Para ahli mengutkan hal ini
dengan sebuah pendapat bahwa materi planet berasal dari hasil ledakan bintang
yang berjumlah banyak setelah kehabisan bahan bakar berupa hidrogen dan
unsu-unsur ringan lainnya yang mengubah unsure-unsur alami yang berbeda-beda.
Materi-materi bintang yang berterbangan jatuh pada seluruh gravitasi
matahari,lalu mulai berotasi mengelilinginya
dan akhirnya membentuk planet-planet yang berbeda. Hal ini merupakan hasil dari
energy gravitasi antara materi-materi yang berterbangan yang jumlahnya tak
terhinggan.
Bumi sendiri pada saat pertama
kali diciptakan merupakan bola berpijar yang berasal dari unsur berbeda,
sebagai hasil dari benturan keras antara bola tersebut dengan meteor-meteor
yang jatuh padanya yang berasal dari puing-puing yang berserakan. Dengan
besarnya kuantitas puing-puing tersebut dan penyebaran pada planet-planet yang
mengintari matahari, jumlah yang jatuh kebumi menjadi sedikit dengan bentuk
yang bertumpuk-tumpuk. Lalu, lapisan bola bumi secara betahap suhunya menurun
dan menjadi dingin. Akan tetapi, bagian dalamnya tetap mendidih dan memancarkan
materi-materi yang meleleh, tepatnya ketika akan disemburkan oleh bumi dalam
bentuk vulkanik.
Akan tetapi, permukaan bumi
mampu menyerap cairan dan sejumlah besar materi-materi yang memancarkan dari
vulkanik-vulkanik tersebut. Bersamaan dengan sampainya radiasi panas dari
permukaan bumi yang berpijar, permukaan tersebut perlahan-lahan tersebut mulai
dingin hingga menjadi beku yang amembentuk kulit yang keras, walaupun relatif
sangat tipis. Hanya saja, pada saat ini ketebalan kulit tersebut mulai
bertambah hingga mencapai puluhan kilometer, seiring berlakunya waktu. Dengan
membandingkan ketebalan ini pada setengah lingkaran bumi yang mencapi 6.400 km,
ditemukan bahwa kulit tersebut sangat tipis. Seandainya Allah Swt tidak
mengkokohnya denga gunung-gunung yang tertancap pada kulit bumi, yang menancapa
seperti tiang-tiang, niscaya bumi akn senantiasa terguncang. Maha benar Allah
Swt yang telah berfirman sebagai berikut:
“Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi, agar ia (bumi) tidak
menggoyangkan kami,”
(QSLuqman [31]: 10).
Berdasarkan penjelasan berbagai
fakta ilmiah di atas, sekarang kita bisa memahami maksud dari dua waktu
penciptaan bumi sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT berikut:
“Katakanlah,
‘ Sesungguhnya patutkah kamu semua ingkar kepada Zat yang menciptakan bumi
dalam dua masa,”(QS
Fushshilat [41]:9).
Karenanya, tenggang waktu
terciptanya bumi sejak dalam bentuk asap hingga berotasi pada porosnya secara
tetap mengitari matahari dengan bentuk bola yang halus, yang memiliki permukaan
menyerupai cairan, telah menghabiskan waktu selama 2 hari, yang pada masa dua
hari tersebut Allah Swt telah menciptakan bumi pertama kali.
Allah SWT telah menentukan
tanda-tanda yang muncul pada penghujung hari ke2 penciptaan bumi pertama kali,
dan pada permulaan hari yang empat digunakan Allah SWT untuk menyempurnakan
perlengkapan bumi agar menjadi layak bagi terciptanya kehidupan diatasnya.
Tanda tersebut adalah diciptakannya gunung-gunung pada pertama kali (setelah
penciptaan bumi).
Allah SWT telah menyebutkan
bahwa kejadian pertama dalam keempat hari berikutnya, dari enam hari waktu
penciptaan adalah terbentuknya gunung-gunung diatas permukaan bumi sebagai
pembenaran firman Allah SWT berikut:
“Dia
ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh diatasnya, kemudian Dia berkahi, dan
Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam 4 masa, memadai untuk
(memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya,”(QS Fushshilat[41]:9).
Singkatnya, gunung-gunung itu
adalah benda yang pertama kali berada muncul dipermukaan bumi. Selanjutnya,
peristiwa pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan bumi yang ketika itu
masih berbentuk bola halus dan permukaanya sangat panas yang menyerupai cairan mendidih
serta meluap-luap, sebab terdapat temperature yang sangat panas didalam perut
bumi. Kemudian, bumi terus-menerus dalam keadaan seperti ini hingga
terbentuklah kulit bumi yang keras setelah permukaannya mendingin sebagai hasil
radiasi panas dari ruang angkasa yang berada di luarnya. Ketika ketebalan kulit
bumi memadai, muncullah materi-materi yang dilemparkan vulkanik-vulkanik dari
perut bumi dengan timbunan diatasnya yang akhirnya membentuk gunung. Wujud
gunung-gunung tersebut masih mengandung vulkanik hingga sekarang, tetapi dengan
ukuran yang tidak pernah disebutkan sejak bumi tercipta dalam bentuknya pertama
kali.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa
setelah bumi berada pada garis orbitnya disekeliling matahari, maka kehidupan
sudah layak untuk diciptakan diatas bumi, dimana penciptaan itu menghabiskan
waktu selama 4 hari menurut hari dalam perhitungan Allah SWT.
Dalam waktu 4 hari ini, berbagai
gunung, benua, samudra, lautan, dan sungai diciptakan, serta dibuatkan penutup
angkasa yang akan, melindungi bumi dari meteor-meteor luar angkasa yang bisa
menghujani bumi.
Setelah Allah SWT memenuhi
berbagai kebutuhan untuk berlangsungnya kehidupan, pada saat kehidupan pertama
kali dimulai Allah SWT menciptakan tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan, kemudian
Dia menciptakan manusia pada penghujung hari keenam dari hari-hari
berlangsungnya proses penciptaan langit dan bumi, sebagaimana yang tertera
dalam hadist Rasulullah SAW.
Semua persyaratan yang harus ada
untuk terciptanya kehidupan dimuka bumi sangat banyak dan complex. Sekiranya
ada persyaratan-persyaratan tersebut, maka hal itu bisa menghabiskan semua
bentuk kehidupan dimuka bumi, sebagaimana yang akan dijelaskan dalam pembahasan
firman Allah SWT berikut:
“Dia
tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam waktu empat masa,”(QS Fushshilat [41]:10).
Kita hendaknya merenungkan
berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan usia alam ini, berapa lamanya hari
yang disebutkan dalam Alqur’an yang menjadi tema pembahasan ini? Hingga kini,
para ilmuwan belum bisa memberikan angka yang tepat untuk usia alam yang
menurut perkiraan mereka adalah sejak terjadinya ledakan alam yang besar hingga
sekarang usia alam telah mencapai sekitar 8 miliyar hingga 15 milyar tahun.
Mereka mendasarkan perkiraannya
tentang usia alam dengan menganalogikan pada setengah lingkaran bumi yang
tampak. Hal ini dilakukan dengan mengukur jarak berbagai galaxy dengan galaxy
kita yang terletak disisi berlawanan dengan alam kasat mata. Selain itu, dengan
mengetahui tetapnya perluasan alam, para ilmuwan bisa menentukan umur alam ini
dengan memperkirakannya. Kerancuan penentuan usia alam ini kembali pada tidak
adanya metode yang tepat yang digunakan dalam mengukur jarak antar galaxy. Hal
yang sama terjadi pada ketidaksanggupan para ilmuwan dalam menentukan jumlah
yang tetap pada perluasan alam secara tepat, serta tidak adanya keyakinan jika
ketetapan alam tersebut sudah paten atau akan berubah lagi sesuai dengan
berlalunya waktu.
Sementara itu, Alqur’an telah
menentukan materi yang sempurna yang digunakan oleh Allah SWT untuk menciptakan
langit dan bumi selama 6 hari menurut hari dalam hitungan-Nya. Dia jua telah
menentukan materi yang digunakan untuk menciptakan bumi dalam bentuk pertama
kali yang menghabiskan waktu selama 2 hari, serta menentukan meteri untuk
mempersiapkan bumi yang memakan waktu selama 4 hari.
Sebagaimana yang telah
disebutkan bahwa hari-hari dalam perhitungan Allah Swt sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Alquran tentang penciptaan langit dan bumi tersebut, tidaklah
sama dengan hari-hari hitungan manusia. Allah Swt tidak menentukan waktu dan
tempat, tetapi dia menentukan sekehendak-nya. Terkadang, lamanya sebagian hari
dalam hitungan Allah Swt adalah 1.000 tahun dari hari dalam hitungan kita,
sebagai mana firman Allah Swt sebagai berikut:
“sesengguhnya
sehari di sini tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu,” (QS Al-hajj [22]:47).
Dan, terkadang lamanya hari
menurut perhitungan-nya adalah 50.000 tahun (dalam hitungan manusia)
sebagaimana dalam firman-nya berikut:
“malaikat-malaikat
dan jibril naik (menghadap) kepada tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh
ribu tahun,”
(QS Al-Ma’arij[70]:4).
Terkadang, lamanya hari dalam
hitungan manusia adalah jutaan atau milyaran tahun, sebagai lamanya hari ketika
Allah Swt menciptakan alam ini. Yang perlu diingat bahwa Alquran adalah yang
pertama kali membicarakan tentang kerelatifan waktu dan tempat. Apbila waktu
50.000 tahun dalam pandangan manusia adalah waktu yang lama maka menurut Allah
Swt waktu tesebut adalah singkat. Ketika Allah Swt bertanya kepada manusia pada
Hari Kiamat tentang berapa lama mereka tinggal dibumi, niscaya jawaban mereka
adalah sehari atau setengah hari. Hal ini terjadi setelah manusia terlepas dari
ikatan yang membatasi ruang dan waktu tempat mereka hidup dimuka bumi. Hal ini
sebagai mana yang tedapat dalam firman-nya berikut:
“Allah
bertanya, ‘berapah tahunkah lamanya kamu tinggal dibumi?’ mereka menjawab,
‘kami tinggal (dibumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada
orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman, ‘kamu tidak tinggal (dibumi)
melainkan sebentar saja, andai saja kamu semua mengetahui,” (QS
Al-Mukminun[23]:112-114).
Untuk mengetahui angka yang
besar yang telah ditentuka oleh para ilmuwan tentang usia alam ini, dan yang
diperkirakan dengan milyaran tahun, serta perbandingan dengan hari-hari yang
disebutkan dalam ayat-ayat Alquran, kita harus menerima kebenaran bahwa enam
hari yang digunakan dalam penciptaan alam belum berakhir.
Hari-hari tersebut tidaklah
seperti yang diperkirakan oleh sebagian besar manusia bahwa hari-hari tersebut
telah berlalu dan telah berakhir. Namun, hari-hari tersebut hari yang masih
terus berlangsung, yakni meskipun telah berakhir menurut hitungan Allah Swt
yang menciptakan waktu dan tempat, tetapi menurut manusia hari-hari tersebut
belum berakhir, bahkan masih kita alami pada akhir-akhir ini.
Hal ini berakti bahwa enam hari
adalah waktu yang digunakan Allah Swt untuk menciptakan seluruh benda dialam
ini. Semua menghabiskan waktu sejak pertama kali alam diciptakan dalam bentuk
asap hingga Allah Swt melipatnya seperti lipatan lembaran buku, dan
menggembalikan seluruh materi alam tersebut pada titik dimulainya penciptaan
alam pertama kali.
Kita tidak mengalami keselitan
untuk memahami masalah ini apabila mengetahui bahwa unsure unsure pembentuk
alam telah sempurna penciptaannya selama enam hari tersebut. Oleh karena itu,
menurut manusia modern, penciptaan ala mini telah sempurna sebelum mencapai
20.000 tahun. Pendapat ini sesuai dengan perkiraan para ilmuwan. Singkatnya,
dapat kita simpulkan bahwa kita masih hidup dalam enam hari penciptaan
tersebut.
Sekarang kita bisa meminta
bantuan melalui data yang ada dalam ayat-ayat Alquran yang berhubungan tentang
penciptaan alam, dan beberapa perkiraan yang tepat tentang kejadian-kejadian
yang dilalui oleh alam hingga usai alam saat ini. Ayat tersebut telah
menentukan bahwa penciptaan gunung-gunung adakah yang pertama kali dilakukan
dari 6 hari penciptaan alam. Seandinnya kita bisa mengetahui usia pertama kali
gunung yang di ciptakan, niscaya mudah bagi kita untuk menghitung usia alam
ini. Hal tersebut memperkirakan bahwa kita hidup pada beberapa waktu terakhir
dari 6 hari penciptaan alam, sebagai mana yang telah dikuatkan dalam beberapa
ayat Alquran dan hadis-hadis Rasulullah Saw.
Para ilmuwan telah menggunakan
metode yang berbeda untuk memperkirakan usia bumi dan gunung-gunung yang
terdapat diatasnya serta fosil-fosil yang terdapat didalamnya. Hal ini untuk
mempelajari perkembangan kehidupan yang terdapat diatasnya, yakni dengan
menentukan usia fosil yang sedang dikaji.
Metode yang paling tepat dalam
menentukan unsure gunung adalah dengan melihat unsure-unsur yang terdapat pada
pemisahan radiasi dalam beberapa unsure seperti uranium, torium, dan potassium.
Oleh karena itu, melalui perhitungan kesesuaian timah dengan uranium dalam
sampel yang diambil dari gunung manapun dan dengan mengetahui separuh usia
uranium, niscaya usia sampel tersebut bisa ditentukan, selanjutnya bisa
diketahui waktu pembentukan gunung tersebut.
Para ilmuwan telah menemukan
usia gunung tertua yang terletak di Al-Dar’u Al-Kindi yang mencapai kira-kira 4
milyar tahun. Karena waktu tersebut sama dengan 4 hari dari enam hari
penciptaan alam, maka lamanya tiap-tiap hari mencapai sekitar 1 milyar tahun.
Berdasarkan hal tersebut, usia alam ini
mencapai 6 milyar tahun. Bisa diasumsikan bahwa usia gunung tertua
tersebut adalah benar. Namun, kebenaran ilmu pengetahuan tentang ini tetap
dimiliki Zat yang mengetahui hal ghaib dan nyata, Sang Pencipta langit dan
bumi, yang telah berfirman sebagai berikut:
“Kepada-Nyalah
ilmu tentang Hari Kiamat itu dikembalikan. Tidak ada buah-buahan yang keluar
dari kelopaknya dan tidak seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan,
melainkan semuanya dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari ketika Dia (Allah)
menyeru mereka, ‘Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (berhala yang disembah)?’
Mereka menjawab, ‘Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorang pun
diantara kami yang dapat member kesaksian (bahwa Engkau mempunyai sekutu)”(QS Fushshilat [41]:47).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar