Senin, 03 Desember 2012

BUMI TERCIPTA DALAM WAKTU DUA HARI



BUMI 1
BUMI DICIPTAKAN DALAM
WAKTU DUA HARI

Kitab-kitab samawi terdulu (sebelum Alqur’an) menyepakati bahwa Allah telah menciptakan langit, bumi, dan segala isinya dalam waktu enam hari. Setelah itu, Alqur’an juga memperkuat kenyataan ini dalam berbagai ayatnya. Allah SWT berfirman sebagai berikut:


“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikan?”
(QS Al-Sajdah[32]:4).
                Akan tetapi, Alqur’an belum cukup menyebutkan hakikat alam ini. Oleh karena itu, ada hakikat pendukung tentang penjelasan dari hari-hari pendiptaan langit dan bumi tersebut. Begitu juga tentang keadaan alam ketika pertama kali diciptakan dan keadaan yang terjadi sebelumnya. Hakikat yang paling penting, yang disebutkan oleh Alqur’an secara berbeda dengan yang disebutkan dalam kitab-kitab samawi adalah hakikat bahwa langit dan bumi telah diciptakan oleh Allah SWT dalam waktu dua hari, tidak memakan waktu dalam 6 hari. Hal ini seperti dikatakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut:




“katakanlah, ‘Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan seluruh alam.’ Dia siptakan padanya gunung-gunung yang kokoh diatasnya, kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuninya)nya dalam 4 masa, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya. Kemudian, Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, ’Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.’ Keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan patuh,’ Lalu, diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian, langit yang dekat (dengan bumi). Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui,” (QS Fushshilat [41]:9-12).









Sebagaimana yang telah diungkapkan pada ayat diatas, bahwa Allah SWT telah menciptakan bumi dalam waktu dua hari. Dia juga menciptakan langit dalam waktu yang sama. Sementara itu, ayat-ayat lainnya juga menyebutkan bahwa jumlah waktu penciptaannya langit dan bumi adalah enam hari.
                Para mufasir terdahulu dari berbagai mazhab berusaha menafsirkan ayat yang mengagumkan ini, dan menafsirkan petunnjuk yang ada diantara hakikat alam yang ada dalam ayat tersebut dan ayat-ayat lainnya. Diantara mereka terjadi perbedaan tentang waktu Allah SWT menciptakan langit dan bumi pada saat yang bersamaan. Apakah 4 hari sisanya Allah SWY gunakan untuk menciptakan gunung-gunung? Apakah dalanm waktu tersebut dia menentukan jenis makanan dibumi, yang memakan waktu dua hari, sebagai mana Allah menciptakan bumi dalam waktu tersebut?dan, masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya.
                Sesungguhnya ayat al quran ini, apabila tidak ada wahyu lain yang turun untuk menafsirkannya, tidak bisa ditafsirkan dengan berbagai bentuk penafsiran dengan berbagai bentuk penafsiran dengan landasan perkiraan atau pemikiran semata, tetapi pelu mengetahui kejadian –kejadian yang berhubungan dengan penciptaan ayat tersebut.
                Oleh karena itu, ayat tersebut dan ayat-ayat yang berhubungan dengan hakekat penciptaan alam, bisa ditafsirkan hanya dengan pancaran hakekat alam yang telah tersingkap.
Yang demikian dilakukan jika kebenarannya telah tetap sebagai mana yang terdapat dalam ayat-ayat alqur’an yang berhubungan arah tegak bumi dan posisi bintang-bintang (di langit), serta peranan gunung-gunung dalam mengokohkan kulit bumi.
                Berikut akan dijelaskan sebagian hakekat ilmiah mendasar yang telah di ungkap para ilmuwan modern tentang proses penyempurnaan penciptaan ala mini serta fase-fase yang telah dilalui hingga menjadi bentuk seperti ini kemudian melalui penjelasan ini akan dilakukan penafsiran ayat al quran seperti telah disebutkan di atas.
                Sesuai dengan teori ilmiah-ilmiah modern,alam ini tercipta sebagai hasil dari ledakan alm yang dahsyat yang mengeluarkan seluruh materi alam. Pada zero hour, alam dahulu berbentuk titik materi yang sangat kecil, sangat panas dan padat. Para ilmuan memberi nama ledakan ini dengan “ledakan yang besar” (big bang). Namun, mereka tidak mengetahui secara pasti isi dari materi dasar yang menjadi awl munculnya alam ini, dan tidak mengetahui dimana ia berasal, serta mengapa waktu tersebut ditentukan agar materi itu mengalami ledakan. Mereka juga tidak mengetahui apapun tentang keadaan alam sebelum mengalami ledakan. Maha benar Allah SWT yang telah berfirman sebagai berikut:


                “aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penyiptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri. Aku tidaklah mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong,” (QSAl-Kahf (18):51).
                Para ilmuwan lebih condong memperkirakan materi ala mini ketika pertama kali mengalami ledakan adalah pertama kali mengalami ledakan berupa materi yang memiliki satu sifat yang tersesun dari satu energi alami. Materi ini diperkirakan berasal dari ledakan yang sangat kuat kemudian mengembang dan bergerak sangat cepat yang akhirnya memenuhi seluruh angkasa. Yang demikian ini terjadi jika disana terdapat ruang kosong yang diyakini oleh sebagai ilmuwan bahwa rung dan waktu itu telah muncul seiring terjadinya ledakan tersebut. Alam ini dahulu berbentuk seperti bola api yang berisi awan bergerak-gerak. Bola ini semakin membesar dan melebar dengan bentuk yang mengagumkan hingga temparaturnya mencapai 30000C, berlangsung selama kurang lebih 100.000 tahun. Ketika berada dalam temperatur tersebut, mulailah terjadi bentu sederhana seperti quarks, lepton dan photon yang merupakan bentukan dari materi yang berubah tersebut. Demikian pula tampak empat energy alami yang menjadi satu energy yang masing-masing memiliki penyekat.
                Seiring berkurangnya temperature pada alam yang baru terbertuk hingga mencapai derajat yang rendah, muncullah bentukan atom dasar berupa proton, neutron dan electron yang terbentuk dari perpaduan bermacam quarks dan lepton sebagai hasil dari pengaruh energy alam yang berbeda-beda.
                Para ilmuwan telah menenukan bahwa proton terdiri dari atas tiga quarks, dua diantaranya membawa muatan positif, yang jumlahnya sama dengan 2/3 muatan proton, sedangkan yang ketiga membawa muatan negatif yang jumlah nya sama dengan 1/3 muatan proton. Maksutnya, setiap muatan proton adalah positif dan jumlahnya seukuran dengan muatan electron negative. Sementara itu, neutron juga terdiri atas tiga quarks, dua diantaranya membawa muatan negative yang jumlahnya sama dengan 1/3 muatan proton, sedangkan yang ketiga membawa muatan positive, yang jumlahnya sama dengan 2/3 muatan proton. Maksutnya, jumlah seluruh muatan adalah nol. Diantara pernyataan para ilmuan yang menghebohkan adalah bahwa jumlah dan jenis quarks yang muncul dari ledakan besar ini dihitung dengan rinci telah menghasilkan beberapa proton setelah mengalami penggabungan yang jumlahnya sama dengan jumlah electron. Demikian pula jumlah neutron yang cukup untuk membuat unsur alami yang membentuk alam ini.
                Allah SWT telah meletakkan tiga materi ini menjadi 4 energi untuk mengatur aktivitas masing-masing, lalu mengatur seluruh unsur pembentuk alam ini, seperti energy nuklir yang kuat dan yang lemah, energy elektromagnetis, dan energy graviatsi. Allah SWT telah menentukan karakteristik dari semua energy ini, baik tenaga meupun pengaruhnya.
                Sekiranya terjadi kekeliruan kecil dalam ukurannya, niscaya alam ini tidak akan seperti keadaan sekarang. Hal ini telah ditetapkan oleh para ilmuan melalui berbagai penelitian ilmiah mereka. Dua energy, baik yang kuat maupun yang lemah yang terdapat dalam proton dan neutron, energinya jauh melampaui dua energy lainnya (energy elektromagnetis dan energy gravitasi). Namun, keduanya saling berlawanan, hanya bekerja sama dalam waktu singkat. Oleh karena itu, keduanya bertanggung jawab atas ikatan proton dan neutron dalam inti atom, meskipun ada energy listrik yang cukup antara beberapa proton.
                Ada pula pemikiran yang meleterbelakangi pembentukan alam ini, yaitu adanya neutron-neutron dalam inti atom, yang diperkirakan pertama kali oleh para fisikawan bahwa neutron-neutron tersebut adalah bentuk yang tidak memiliki manfaat, karena tidak membawa muatan listrik. Akan tetapi, sesuai melakukan kajian-kajian yang mendalam, jelas bahwa neutron-neutron itu memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan jumlah yang besar dari unsur-unsur alami tersebut.
                Tanpa adanya neutron-neutron ini, tidak mungkin inti atom bisa mengandung proton dalam jumlah besar. Karena energy listrik unsur-unsur lain yang kuat terdapat dalam neutron-neutron tersebut, sebagaimana telah dijelaskan oleh para fisikawan.
                Bagi para ilmuan, energy nuklir yang kuat dan lemah benar-benar telah dibatasi oleh kekuatan dengan sangat ketat. Jika jumlah energy nuklir tersebut bertambah atau berkurang meskipun ukurannya sangat kecil, niscaya tidak mungkin terbentuk unsur-unsur dalam jumlah besar yang terdapat dalam planet-planet tersebut.
                Energy elektromagnetis muncul setelah adanya dua energy nuklir yang kuat. Energy tersebut bertanggung jawab atas rangkaian electron-elektron dengan inti atom meleui rotasi di sekelilingnya. Salah satu hal yang menakjubkan adalah bahwa electron tidak mungkin menerima daya tarik ke dalam inti atom, meskipun terdapat energy gravitasi antara electron dan proton. Andaikan hal ini terjadi, niscaya bumi akan menjadi seukuran bola kaki, dan ala mini bentuknya tidak seperti sekarang.
                Fenomena ini masih menjadi teka-teki yang membingungkan bagi para ilmuwan. Namun, rahasianya baru terungkap pada ¼ abad pertama abad ke-20 setelah mereka mengetahui bahwa dua energy mekanik klasik tidak mungkin tersusun atas gesekan electron ketika berdekatan dengan proton, tetapi menuntut digunakannya dua energy baru, yaitu dua energy mekanik yang tersembunyi yang mengungkapkan bahwa electron membuat garis orbit tertentu ketika berotasi di sekeliling inti atom.
                Karena batasan yang mengagumkan pada jarak orbit electron disekeliling inti atom, dan karena terbatasnya jumlah electron yang meluas pada setiap electron-elektron tersebut, maka jumlah yang besar tersebut dihasilkan dari fenomena-fenomena fisika dan kimiawi. Fenomena inilah yang telah menghabiskan usia para ilmuwan untuk menyingkap misteri dan rahasia yang terdapat pada aneka ragam ciptaan Allah SWT serta segala macam ciptaan manusia.
                Energy gravitasi adalah energy terlemah diantara energy-energi lainnya, yang bertugas menghubugkan berbagai galaxy, planet, dan bintan pada rotasinya masing-masing. Pemilihan ukuran energy dalam bentuk yang tepat adalah agar jarak antara massa dan kecepatan rotasi tidak melebihi batasan-batasan yang diterima akal.
                Salah satu keajaiban dalam penciptaan adalah jika proton melebihi dari jumlah electron atau sebaliknya secara terpisah, niscaya seluruh benda yang berada di langit akan memiliki muatan, seperti muatan listrik.
                Karena kekuatan energy elektromagnetik lebih besar daripada energy gravitasi, maka ia akan menghalangi terjadinya pembentukan planet baru, juga menghalangi rotasi bintang disekitar planetnya masing-masing apabila terjadi pembentukan baru. Atom-atom alam ini pun akan berterbangan ke berbagai arah sebab tidak adanya kecocokan antara unsure-unsur pembentuknya. Akan tetapi, karena kemahalembutan Allah SWT kepada kita, semua benda langit tidak mengandung listrik. Oleh karena itu, hanya energy gravitasi yang bertugas menjaga keseimbangan seluruh benda langit tersebut. Mahabenar Allah SWT yang telah berfirman sebagai berikut:


                “kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedangkan mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar di dalam garis edarnya”.(QS Al-Anbiya [21]:32-33).
                Sebelum menjelaskan fase-fase yang lain, akan dibalas alam untukmembandingkan hakekat yang di sebutkan dalam ayat Alqur’an dengan hakekat yang telah disampaikan oleh para ilmuwan. Ayat Alquran akan menjadi tema dalam pembahasan ini telah menyebutkan bahwa alam ini pada mulanya dulu berasal dari materi asap. Hal ini tertung dalam firman Allah Swt berikut:

                Kemudian dia menuju pada penciptaan langit dan langit itu masih berbentuk asap,” (QSFushshilat (41):11).
                Yang dimaksut langit dalam ayat ini adalah rung angkasa yang penuh dengan asap yang dihasilkan oleh ledakan alam yang besar. Langit itu bukan yang terbentuk dari asap dan sebelumnya tidak terdapat langit lain. Para ilmuwan telah menyatakan bahwa awan tersebut merupakan wujud pertama yang bernama debu kosmis (cosmic dust), yang dalam Alquran dinamakan dengan dukhan (uap). Pemberian nama oleh Alquran lebih tepat dibandingkan dengan pemberian nama oleh para ilmuwan. Bentuk awal tersebut lebih kecil dari debu bahkan asap, tetapi asap lebih kecil dan lebih ringan yang masih bisa dilihat oleh mata telanjang.
                Dari sini, kita hendaknya bertanya pada orang-orang yang tidak beriman dan tidak percaya bahwa Alquran berasal dari sisi Allah Swt. Pertanyaannya adalah dari mana nabiSaw yang buta huruf, yang hidup dalam lingkungan masyarakat yang juga buta huruf membawa hakekat besar tentang keadaan alam pada waktu awal mula diciptakan dan masih menjadi misteri hingga akhirnya diungkapkan oleh Allah Swt melalui pengetahuan makhluknya pada zaman sekarang? Sesungguhnya kebenaran ilmiah ini tidak pernah disebutkan oleh berbagai kitab suci sebelum Alquran. Hal ini merupakan salah satu hal yang menguatkan kebenaran Alquran, dan kebenaran Zat yang telah menurunkannya,sekaligus bukti bahwa Alquran itu diturunkan dari Zat yang maha mengetahui lagi maha mengenal, yang menyingkap semua rahasia alam ini. Bagaimana tidak, sementara dia adalah pencipta alam tersebut. Allah Swt berfirman sebagai berikut:

                apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu ungkapkan atau rahasiakan). Dia mahahalus lagi maha mengetahui?” (QSAl-Mulk(67):14).
                Alquran telah menerangkan secara jelas dalam tiga ayatnya tentang hakekat ledakan alam yang besar, hakekat perluasan alam, dan hakekatlemahnya ala mini. Alquran juga menerangkan bahwa semua lapisan langit serta benda-benda angkasa yang tehampar disana dahulu berasal satu gumpalan.kemudian materi alam yang berupa gumpalan yang memenuhi alam dalam bentuk asap tersebut bercerai berai. Hal ini membuktika kebenaran firman Allah Swt berikut:



                “apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dari air, kami jadikan segala sesuat yang hidup. Lalu, mengapakah mereka tidak juga beriman?” (QS Al-anbiya [21]:30).
                Dalam istilah bahasa, telah diketahui bahwa kata                 (pemisahan) adalah antonim dari         (perpaduan), yaitu menggabungkan dua hal menjadi satu, sedangkan              adalh keluarnya suatu dari materi yang lain. Pemisahan tidak akan terjadi kecuali karena adanya ledakan besar pada materi alam pertama kali yang penuh dengan gumpalan-gumpalan yang di kenal dalam Alquran dengan istilah            (asap/uap).
                Alam ini pada mulanya berupa satu gumpaklan lalu berubah menjadi materi asap yang memenuhi ruang kosong yang mengintarinya. Hal ini tidak akan terjadi kecuali karena hasil dari ledakan materi tersebut. Ledakan inilah yang menyebabkan terjadinya alam pertama kali yang menyebar dan merambah keberbagai penjuru dengan kekuatan dahsyat yang menyebabkan terjadinya perluasan alam yang masih kita saksikan pengaruhnya sampai saat ini.
                Diantara hal yang menguatkan bahwa materi ala mini berasal dari ledakan alam yang besar adalah petunjuk dari Alquran bahwa ala mini selalu mengalami perluasan terus-menerus. Perluasan terebut tidak akan ada kecuali jika alam ini berasal dari benda kecil yang isinya semakin bertambah. Hal ini dibenarkan oleh firman Allah SWT sebagai berikut:

                “Langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”(QS Al-Dzariyat [51]:47).
                Alqur’an juga secara khusus telah menyebutkan hakikat perluasan alam ini sebagaimana Alqur’an juga telah menyebutkan hakikat asap yang telah dijelaskan sebelumnya. Sementara itu, belum ada sama sekali kitab-kitab samawi terdahulu yang menyebutkan tentang perluasan alam ini.
                Ayat ketiga yang menguatkan kebenaran hipotesis ini adalah firman Allah SWT berikut:


                “(Yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas, sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya,”(QS Al-Anbiya’[21]:104).
                Apabila ayat sebelumnya menerangkan tentang perluasan alam pada awal terjadinya, ayat ini menerangkan tentang peyusutan alam pada akhir penciptaannya, lalu Allah SWT akan mengulangi penciptaan kembali seperti sedia kala.
                Mari merenungkan perumpamaan Alqur’an tentang bagaimana cara menyusutkan alam ini ketika waktunya telah habis, yaitu cara yang sama dengan apa yang kita lakukan dalam melipat surat atau buku ketika selesai menulisnya seperti biasa yang trjadi pada masa turunnya Alqur’an. Para ilmuwan telah bersepakat tentang hakikat perluasan alam ini, tetapi sampai sekarang mereka belum bisa menetapkan keadaan yang akan menjelaskan alam tersebut, karena sebagian dari mereka berpendapat bahwa alam ini akan tetap meluas selamanya. Sementara itu, ilmuwan lainnya berpendapat bahwa akan datang suatu masa yang ketika itu energy gravitasi dan unsure-unsur pembentuknya akan mendominasi energy pendorong yang menyebabkan terjadinya ledakan. Saat itulah alam ini akan kembali seperti awal mula ia diciptakan lalu runtuh dengan sendirinya.
                Kita percaya sepenuhnya pada janji Allah SWT seputar kejadian alam ini bahwa alam akan kembali seperti pertama kali diciptakan, sebagaimana firman Allah SWT berikut:

                “Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya,”(QS Al-Anbiya’[21]:104).

                “Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pegagungan yang semestinya, padaal seluruh bumi dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Dia Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan,”(QS Al-Zumar [39]:67).
                Fase kedua dari fase-fase penciptaan alam adalah fase penciptaan galaxy dan bintang-bintang dari asap tersebut, yang terdiri dari proton, neutron, electron, dan photon. Setelah alam ini membeku hingga mencapai -3000o  Kelvin, neutron-neutron tersebut mulai bersatu dengan proton sebagai hasil dari pengaruh energy elektromagnetis yang membentuk atom-atom hydrogen, yang terdiri dari satu proton dan satu electron, seluruh unsure pembentuk alam terebas dari aliran listrik yang memberikan tempat bagi energy gravitasi, agar proton dan electron memainkan perannya dalam membentuk alam ini, meskipun amat lemah jika dibandingkan dengan energy-energi alami lainnya.
                Bentuk alam tetap sama seperti saat ini. Materi asap yang terdiri dari atom-atom hydrogen dan neutron tersebar ke berbagai penjuru alam secara merata dengan kepadatan yang sama. Namun, pada saat ini kepadatan meteri terbentuk dengan tidak seimbang karena belum ada ilmuwan yang menjelaskan secara pasti dan mejadikan ketidakseimbangan ini sebagai pusat gravitasi yang tersebar keseluruh penjuru alam, serta energy gravitasi mulai berperan dalam menghilangkan pengaruh energy elektromagnetis. Yang demikian terjadi melalui gravitasi yang ditambahkan dengan hydrogen yang mengelilinginya, serta memunculkan hydrogen yang memiliki massa yang berat.
                Ketika massa hydrogen mencapai jumlah tertentu dan menekan jumlah hydrogen pada pusat massa tersebut, maka temperaturnya akan meninggi sampai batas tertentu dan terjadilah proses peleburan nuklir antara atom-atom hydrogen yang menghasilkan atom-atom helium. Proses tersebut juga menghasilkan energy besar hingga membentuk bintang.
                Ukuran bintang-bintang yang terbentuk dari peleburan atom-atom hydrogen tersebut berbeda-beda sesuai dengan jumlah hydrogen yang larut didalam ruang angkasa dan sesuai dengan jatuhnya bintang-bintang tersebut pada susunan alam ini. Ketika ukuran bintang bertambah, maka bertambah pula temperature di dalamnya karena adanya peningkatan tekanan pada bintang. Oleh karena itu, bintang-bintang yang besarnya seukuran dengan matahari tidak mungkin akan terbakar, kecuali karena kandungan hydrogen didalamnya. Yang demikian relative kecilnya ukuran dan temperature yang ada didalamnya. Oleh karenanya, bintang tidak akan terbentuk kecuali dengan unsure helium didalamnya.
                Agar dapat membuat unsure-unsur yang lebih berat dari helium, Allah SWT telah menentukan adanya bintang-bintang yang paling besar  dan temperaturenya lebih tinggi dari matahari. Bintang-bintang yang besar mengalami proses peleburan nuklir dengan atom helium lebih complex yang menghasilkan atom-atom unsure litium, karbon, nitrogen, dan oksigen, kemudian diakhiri dengan unsure-unsur berat, seperti besi, timah, uranium, dan unsure-unsur alami lainnya yang berjumlah lebih dari 100 unsur.
Komplexitas kepadatan materi alam menyebabkan pembentukan bintang-bintang yang tersusun di seluruh penjuru alam. Komplexitas lainnya terdapat pada kepadatan bintang-bintang yang saling berdekatan. Bintang-bintang itu mulai bergerak menuju pusat gravitasinya dan berotasi mengelilingi garis orbit yang membentuk beberapa galaxy.
Diantara hal yang sangat mencengangkan para ilmuwan adalh pendistribusian yang teratur pada seluruh galaxy dalam segala penjuru alam yang berbeda, yang hanya terjadi ketika seluruh komplexitas ini terdapat dalam satu waktu dan satu kepadatan dalam setiap tempat di alam ini.
Disana terdapat perbedaan ukuran ukuran bintang. Para ilmuwan menemukan bahwa setiap galaksi berbeda-beda dengan segala bertuk dan ukurannya dimana setengah jumlah bintang dalam satu galaksi mecapai 100 miliar dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Para ilmuwan memperkirakan, dengan kasat mata, jumlah galaksi yang berada di tata surya ini mencapai lebih dari 1.000 miliyar. Alam kasat mata adalah alam (galaksi) yang bisa dilihat oleh mata manusia dengan menggunakan teleskop maha benar Allah SWT yang telah berfirman sebagai berikut:

“maha suci Allah yang menjadikan dilangit gugusan-gugusan bintang dan dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya,” (QS Al furqan [25]:61).
Semua galaksi,planet, dan bintang yang kita lihat terdapat dalam ruang kosong yang berotasi mengelilingi langit yang dekat (dengan bumi), yaitu langit tujuh yang posisinya dekat dengan kita. Maksutnya benda-benda angkasa yang terdapat pada langit yang dekat (dengan bumi) atau langit pertama itulah yang dimakan oleh para ilmuwan oleh alam kasat mata. Barang kali, apa yang dilihat oleh mereka melalui observatorium hanyalah sebagai kecil dari langit dunia ini. Maha benar Allah yang telah berfiman sebagai berikut:


“lalu diciptakan-nya tujuh langit dia mewahyukan urusan masing-masing. Kami hiasi langit yang dekat (dengan bumi) dengan bintang-bintang dan kami (ciptakan itu) untuk memeliharaya. Demikianlah ketetentuan yang maha perkasa lagi maha mengetahui,”(QS  Fushshilat [41]: 12).
Salah satu kebuktian kebenaran kehebatan Allah Swt tersebut adalah kemampuan akal manusia dalam mengungkap rahasia alam ketika pertama kali alam ini terbentuk. Kemampuan ini kembali kepada Allah yang telah membuat akal tersebut, bukan kepada manusia yang membawa otak dalam tempurung kepalanya dan mengunakannya. Para fisikawan mampu membuat teori baru yang sesuai dengan teori “ledakan besar” yang dinamakan juga dengan teori “alam yang mengembang”. Hal ini terjadi karena kegagalan teori pertama dalam menjelaskan beberapa fenomena fisika pada terjadinya ledakan pertama. Hanya saja keduanya sama-sama menjelaskan kejadian alam setelah terjadinya ledakan tesebut.
Ketika para ilmuwan memecahkan persamaan fisika yang menyusun reaksi materi dan energy alam pada waktu pertama kali terjadinya pembentukan alam, mereka bisa menggungkap berbagai fakta yang mengagumkan, yang menguatkan fakta yang telah didescripsikan dalam kitab-kitab samawi, khususnya Alqur’an, tentang susunan alam ini.
Ringkasan teori ini adalah terjadinya ledakan kedua dan hasil dari kejadian fenomena fisika yang langka yang dinamakan dengan reaksi akhir. Alam mulai meluas dengan ukuran yang lebih besar dari yang tertulis dalam teori ledakan besar. Perluasan yang mengejutkan pada alam ini menghasilkan beberapa zona materi yang terus-menerus menggelembung yang memisahkan antara batasan-batasan yang kuat dan setiap gelembung membentuk alam yang khusus. Teori ini dikuatkan dengan redaksi Alqur’an bahwa alam besar dan berukuran luas yang kita saksikan ini atau yang dinamakan dengan alam kasat mata, hanyalah bentuk kecil dari seluruh alam ini yang jumlahnya tidak bisa ditentukan dengan teori.
                Hal ini sesuai dengan adanya alam-alam lain yang telah disepakati oleh seluruh kitab samawi, selain alam yang kita saksikan dengan mata kita atau yang bisa dilihat melalui obsrvaterium kita. Kitab-kitab samawi tersebut menamakan alam-alam ini dengan langit yang tujuh,sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT sebagai berikut:


“Lalu, diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian, langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.”(QS Fushshilat [41]:12)
Alqur’an juga telah mengungkapkan ayat-ayat lainnya tentang beberapa keistimewaan yang berhubungan dengan cirri-ciri langit tersebut. Pertama, disebutkan bahwa langit itu berbentuk lapisan. Setiap langit menutupi langit yang ada dibawahnya. Hal ini hanya terjadi jika langit-langit tersebut dalam bentuk lingkaran cekung, setiap langit mengelilingi langit lainnya. Adapun yang menjadi pusat lingkaran-lingkaran tersebut adalah tempat diman terjadinya ledakan alam besar. Hal ini didukung oleh firman Allah SWT sebagai berikut:

“Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan yang Maha Pengasih. Karnanya, lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?”(QS Al-Mulk [67]:3).
Alqur’an juga telah menyebutkan bahwa setiap langit dari langit tujuh tersebut memiliki ukuran tertentu, sebagaiman firman Allah SWT berikut:


“Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa dengan itu. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu,”(QS Al-Thalaq[56]:12).
Alqur’an telah mendescripsikan langit tujuh tersebut secara detail. Pendeskripsian ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oeh para ilmuwan dalam teori alam yang mengembang. Teori itu mengatakan bahwa batas antara alam yang berbeda-beda, terbentuk dari beberapa kutub megnet. Setiap kutub berasal dari bentuk terberat yang keberadaannya dikatakan oleh para ilmuwan. Akan tetapi, sampai sekarang mereka belum menemukan apapun dalam benda-benda alam kasat mata tersebut. Mehabenar Allah SWT yang telah berfirman sebagai berikut:

“Kami membangun diatas kamu tujuh (langit) yang kokoh,” (QS Al-Naba’ [78]:12)

“Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dbangun-Nya? Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,”(QS Al-Nazi’at [79]:27-28)

“Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”(QS Al-Mukminin [40]:57)
Alqur’an juga menjelaskan benda-benda angkasa yang telah diciptakan oleh Allah SWT pada alam ini, yang lebih besar dari langit tujuh dan apa yang terdapat didalamnya, seperti Kursi Allah SWT yang didalamnya mencangkup tujuh langit tersebut, sebagaimana firman Allah SWT berikut:

“Kursi Allah meliputi langit dan bumi,”(QS Al-Baraqah) [2]:255).
Luas Kursi tersebut dan langit tujuh yang tercakup didalamnya, selalu disebutkan bersamaan dengan luasnya Arsy, tempat Allah bersemayam. Dia berfirman dalam Alqur’an sebagai berikut:

“Katakanlah, ‘Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki Arsy yang agung?’ “(QS Al-Mukminun [23]:86).

“Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai Arsy yang agung,”(QS Al-Naml [27]:26).
Beberapa hadist Nabi SAW telah menjelaskan luasnya alam yang kita diami ini. Salah satu yang membuat keraguan sebagian orang tentang hadist-hadist tersebut adalah adanya factor yang dilebih-lebihkan, yang disebutkan didalam hadist-hadist itu tentang jarak alam. Dalam salah satu hadist disebutkan bahwa jarak yang paling dekat dengan bumi, yang didalamnya terdapat ribuan milyar galaxy dan setiap galaxy terdiri atas ratusan milyar bintang, dibandingkan dengan jarak langit kedua seperti lingkaran (cincin) pada gurun pasir yang luas. Demikian pula keadaan langit kedua dengan langit ketiga dan demikian seterusnya yang terjadi pada langit-langit berikutnya hingga berakhir pada Arsy.
Kita semua mengetahui setelah adanya penemuan ilmiah modern dalam bidang astronomi bahwa tidak ada sesuatu pun yang dilebih-lebihkan dalam bentuk yang telah dideskripsikan oleh ayat-ayat Alqur’an dan hadist-hadist Nabi SAW yang menjelaskan tentang besarnya alam ini. Akan tetapi, gaya bahasa Alqur’an sangatlah cerdas ketika ia berusah menjelaskan kepada manusia tentang besarnya alam ini. Akan tetapi, gaya bahasa Alquran sangatlah cerdas ketika ia berusaha menjelaskan kepada manusia tentang jarak jauh yang memisahkan antara bintang satu dengan bintang yang lain. Yang demikian dilakukan dengan bersumpah kepada tempat rotasinya. Dari sana Alquran menjelaskan bahwa sumpah ini sangat penting seandainya mampu mengetahui ukuran jarak tersebut. Oleh karena itu, Allah SWT sebagai berikut:

lalu, aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui,” (QS Al-Waqi’ah[56]:75-76).
Fase ketiga dari fase-fase penciptaan alam adalah fase penciptaan planet-planet, khusnya planet-planet yang mengintari matahari, termasuk diantaranya adalah planet bumi yang dipermukaannya terdapat mahluk hidup. Para ilmuwan belum memiliki kesepakatan seputar cara pembentukan planet-planet disekitar bintang-bintangnya atau bulan-bulan di sekitar planet-planetnya. Namun sejumlah ahli telah mencoba untuk merumuskan teori untuk menjelaskan cara pembentukan planet-planet di sekitar bintang.
Teori yang paling popular adalah teori yang menyatakan bahwa materi yang membentuk planet yang menghintari matahari tersebut berasal dari luar matahari yang bersandar pada keyakinan bahwa kualitas unsure-unsur alami yang terdapat dalam planet-planet tersebut, terutama bumi, tidak mungkin dihasilkan dari matahari.
Para ahli mengutkan hal ini dengan sebuah pendapat bahwa materi planet berasal dari hasil ledakan bintang yang berjumlah banyak setelah kehabisan bahan bakar berupa hidrogen dan unsu-unsur ringan lainnya yang mengubah unsure-unsur alami yang berbeda-beda. Materi-materi bintang yang berterbangan jatuh pada seluruh gravitasi matahari,lalu mulai  berotasi mengelilinginya dan akhirnya membentuk planet-planet yang berbeda. Hal ini merupakan hasil dari energy gravitasi antara materi-materi yang berterbangan yang jumlahnya tak terhinggan.
Bumi sendiri pada saat pertama kali diciptakan merupakan bola berpijar yang berasal dari unsur berbeda, sebagai hasil dari benturan keras antara bola tersebut dengan meteor-meteor yang jatuh padanya yang berasal dari puing-puing yang berserakan. Dengan besarnya kuantitas puing-puing tersebut dan penyebaran pada planet-planet yang mengintari matahari, jumlah yang jatuh kebumi menjadi sedikit dengan bentuk yang bertumpuk-tumpuk. Lalu, lapisan bola bumi secara betahap suhunya menurun dan menjadi dingin. Akan tetapi, bagian dalamnya tetap mendidih dan memancarkan materi-materi yang meleleh, tepatnya ketika akan disemburkan oleh bumi dalam bentuk vulkanik.
Akan tetapi, permukaan bumi mampu menyerap cairan dan sejumlah besar materi-materi yang memancarkan dari vulkanik-vulkanik tersebut. Bersamaan dengan sampainya radiasi panas dari permukaan bumi yang berpijar, permukaan tersebut perlahan-lahan tersebut mulai dingin hingga menjadi beku yang amembentuk kulit yang keras, walaupun relatif sangat tipis. Hanya saja, pada saat ini ketebalan kulit tersebut mulai bertambah hingga mencapai puluhan kilometer, seiring berlakunya waktu. Dengan membandingkan ketebalan ini pada setengah lingkaran bumi yang mencapi 6.400 km, ditemukan bahwa kulit tersebut sangat tipis. Seandainya Allah Swt tidak mengkokohnya denga gunung-gunung yang tertancap pada kulit bumi, yang menancapa seperti tiang-tiang, niscaya bumi akn senantiasa terguncang. Maha benar Allah Swt yang telah berfirman sebagai berikut:
“Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi, agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kami,” (QSLuqman [31]: 10).
Berdasarkan penjelasan berbagai fakta ilmiah di atas, sekarang kita bisa memahami maksud dari dua waktu penciptaan bumi sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT berikut:

“Katakanlah, ‘ Sesungguhnya patutkah kamu semua ingkar kepada Zat yang menciptakan bumi dalam dua masa,”(QS Fushshilat [41]:9).
Karenanya, tenggang waktu terciptanya bumi sejak dalam bentuk asap hingga berotasi pada porosnya secara tetap mengitari matahari dengan bentuk bola yang halus, yang memiliki permukaan menyerupai cairan, telah menghabiskan waktu selama 2 hari, yang pada masa dua hari tersebut Allah Swt telah menciptakan bumi pertama kali.
Allah SWT telah menentukan tanda-tanda yang muncul pada penghujung hari ke2 penciptaan bumi pertama kali, dan pada permulaan hari yang empat digunakan Allah SWT untuk menyempurnakan perlengkapan bumi agar menjadi layak bagi terciptanya kehidupan diatasnya. Tanda tersebut adalah diciptakannya gunung-gunung pada pertama kali (setelah penciptaan bumi).
Allah SWT telah menyebutkan bahwa kejadian pertama dalam keempat hari berikutnya, dari enam hari waktu penciptaan adalah terbentuknya gunung-gunung diatas permukaan bumi sebagai pembenaran firman Allah SWT berikut:

“Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh diatasnya, kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam 4 masa, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya,”(QS Fushshilat[41]:9).
Singkatnya, gunung-gunung itu adalah benda yang pertama kali berada muncul dipermukaan bumi. Selanjutnya, peristiwa pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan bumi yang ketika itu masih berbentuk bola halus dan permukaanya sangat panas yang menyerupai cairan mendidih serta meluap-luap, sebab terdapat temperature yang sangat panas didalam perut bumi. Kemudian, bumi terus-menerus dalam keadaan seperti ini hingga terbentuklah kulit bumi yang keras setelah permukaannya mendingin sebagai hasil radiasi panas dari ruang angkasa yang berada di luarnya. Ketika ketebalan kulit bumi memadai, muncullah materi-materi yang dilemparkan vulkanik-vulkanik dari perut bumi dengan timbunan diatasnya yang akhirnya membentuk gunung. Wujud gunung-gunung tersebut masih mengandung vulkanik hingga sekarang, tetapi dengan ukuran yang tidak pernah disebutkan sejak bumi tercipta dalam bentuknya pertama kali.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa setelah bumi berada pada garis orbitnya disekeliling matahari, maka kehidupan sudah layak untuk diciptakan diatas bumi, dimana penciptaan itu menghabiskan waktu selama 4 hari menurut hari dalam perhitungan Allah SWT.
Dalam waktu 4 hari ini, berbagai gunung, benua, samudra, lautan, dan sungai diciptakan, serta dibuatkan penutup angkasa yang akan, melindungi bumi dari meteor-meteor luar angkasa yang bisa menghujani bumi.
Setelah Allah SWT memenuhi berbagai kebutuhan untuk berlangsungnya kehidupan, pada saat kehidupan pertama kali dimulai Allah SWT menciptakan tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan, kemudian Dia menciptakan manusia pada penghujung hari keenam dari hari-hari berlangsungnya proses penciptaan langit dan bumi, sebagaimana yang tertera dalam hadist Rasulullah SAW.
Semua persyaratan yang harus ada untuk terciptanya kehidupan dimuka bumi sangat banyak dan complex. Sekiranya ada persyaratan-persyaratan tersebut, maka hal itu bisa menghabiskan semua bentuk kehidupan dimuka bumi, sebagaimana yang akan dijelaskan dalam pembahasan firman Allah SWT berikut:

“Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam waktu empat masa,”(QS Fushshilat [41]:10).
Kita hendaknya merenungkan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan usia alam ini, berapa lamanya hari yang disebutkan dalam Alqur’an yang menjadi tema pembahasan ini? Hingga kini, para ilmuwan belum bisa memberikan angka yang tepat untuk usia alam yang menurut perkiraan mereka adalah sejak terjadinya ledakan alam yang besar hingga sekarang usia alam telah mencapai sekitar 8 miliyar hingga 15 milyar tahun.
Mereka mendasarkan perkiraannya tentang usia alam dengan menganalogikan pada setengah lingkaran bumi yang tampak. Hal ini dilakukan dengan mengukur jarak berbagai galaxy dengan galaxy kita yang terletak disisi berlawanan dengan alam kasat mata. Selain itu, dengan mengetahui tetapnya perluasan alam, para ilmuwan bisa menentukan umur alam ini dengan memperkirakannya. Kerancuan penentuan usia alam ini kembali pada tidak adanya metode yang tepat yang digunakan dalam mengukur jarak antar galaxy. Hal yang sama terjadi pada ketidaksanggupan para ilmuwan dalam menentukan jumlah yang tetap pada perluasan alam secara tepat, serta tidak adanya keyakinan jika ketetapan alam tersebut sudah paten atau akan berubah lagi sesuai dengan berlalunya waktu.
Sementara itu, Alqur’an telah menentukan materi yang sempurna yang digunakan oleh Allah SWT untuk menciptakan langit dan bumi selama 6 hari menurut hari dalam hitungan-Nya. Dia jua telah menentukan materi yang digunakan untuk menciptakan bumi dalam bentuk pertama kali yang menghabiskan waktu selama 2 hari, serta menentukan meteri untuk mempersiapkan bumi yang memakan waktu selama 4 hari.
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa hari-hari dalam perhitungan Allah Swt sebagaimana yang telah dilakukan oleh Alquran tentang penciptaan langit dan bumi tersebut, tidaklah sama dengan hari-hari hitungan manusia. Allah Swt tidak menentukan waktu dan tempat, tetapi dia menentukan sekehendak-nya. Terkadang, lamanya sebagian hari dalam hitungan Allah Swt adalah 1.000 tahun dari hari dalam hitungan kita, sebagai mana firman Allah Swt sebagai berikut:
“sesengguhnya sehari di sini tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu,” (QS Al-hajj [22]:47).
Dan, terkadang lamanya hari menurut perhitungan-nya adalah 50.000 tahun (dalam hitungan manusia) sebagaimana dalam firman-nya berikut:
“malaikat-malaikat dan jibril naik (menghadap) kepada tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” (QS Al-Ma’arij[70]:4).
Terkadang, lamanya hari dalam hitungan manusia adalah jutaan atau milyaran tahun, sebagai lamanya hari ketika Allah Swt menciptakan alam ini. Yang perlu diingat bahwa Alquran adalah yang pertama kali membicarakan tentang kerelatifan waktu dan tempat. Apbila waktu 50.000 tahun dalam pandangan manusia adalah waktu yang lama maka menurut Allah Swt waktu tesebut adalah singkat. Ketika Allah Swt bertanya kepada manusia pada Hari Kiamat tentang berapa lama mereka tinggal dibumi, niscaya jawaban mereka adalah sehari atau setengah hari. Hal ini terjadi setelah manusia terlepas dari ikatan yang membatasi ruang dan waktu tempat mereka hidup dimuka bumi. Hal ini sebagai mana yang tedapat dalam firman-nya berikut:
“Allah bertanya, ‘berapah tahunkah lamanya kamu tinggal dibumi?’ mereka menjawab, ‘kami tinggal (dibumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman, ‘kamu tidak tinggal (dibumi) melainkan sebentar saja, andai saja kamu semua mengetahui,” (QS Al-Mukminun[23]:112-114).
Untuk mengetahui angka yang besar yang telah ditentuka oleh para ilmuwan tentang usia alam ini, dan yang diperkirakan dengan milyaran tahun, serta perbandingan dengan hari-hari yang disebutkan dalam ayat-ayat Alquran, kita harus menerima kebenaran bahwa enam hari yang digunakan dalam penciptaan alam belum berakhir.
Hari-hari tersebut tidaklah seperti yang diperkirakan oleh sebagian besar manusia bahwa hari-hari tersebut telah berlalu dan telah berakhir. Namun, hari-hari tersebut hari yang masih terus berlangsung, yakni meskipun telah berakhir menurut hitungan Allah Swt yang menciptakan waktu dan tempat, tetapi menurut manusia hari-hari tersebut belum berakhir, bahkan masih kita alami pada akhir-akhir ini.
Hal ini berakti bahwa enam hari adalah waktu yang digunakan Allah Swt untuk menciptakan seluruh benda dialam ini. Semua menghabiskan waktu sejak pertama kali alam diciptakan dalam bentuk asap hingga Allah Swt melipatnya seperti lipatan lembaran buku, dan menggembalikan seluruh materi alam tersebut pada titik dimulainya penciptaan alam pertama kali.
Kita tidak mengalami keselitan untuk memahami masalah ini apabila mengetahui bahwa unsure unsure pembentuk alam telah sempurna penciptaannya selama enam hari tersebut. Oleh karena itu, menurut manusia modern, penciptaan ala mini telah sempurna sebelum mencapai 20.000 tahun. Pendapat ini sesuai dengan perkiraan para ilmuwan. Singkatnya, dapat kita simpulkan bahwa kita masih hidup dalam enam hari penciptaan tersebut.
Sekarang kita bisa meminta bantuan melalui data yang ada dalam ayat-ayat Alquran yang berhubungan tentang penciptaan alam, dan beberapa perkiraan yang tepat tentang kejadian-kejadian yang dilalui oleh alam hingga usai alam saat ini. Ayat tersebut telah menentukan bahwa penciptaan gunung-gunung adakah yang pertama kali dilakukan dari 6 hari penciptaan alam. Seandinnya kita bisa mengetahui usia pertama kali gunung yang di ciptakan, niscaya mudah bagi kita untuk menghitung usia alam ini. Hal tersebut memperkirakan bahwa kita hidup pada beberapa waktu terakhir dari 6 hari penciptaan alam, sebagai mana yang telah dikuatkan dalam beberapa ayat Alquran dan hadis-hadis Rasulullah Saw.
Para ilmuwan telah menggunakan metode yang berbeda untuk memperkirakan usia bumi dan gunung-gunung yang terdapat diatasnya serta fosil-fosil yang terdapat didalamnya. Hal ini untuk mempelajari perkembangan kehidupan yang terdapat diatasnya, yakni dengan menentukan usia fosil yang sedang dikaji.
Metode yang paling tepat dalam menentukan unsure gunung adalah dengan melihat unsure-unsur yang terdapat pada pemisahan radiasi dalam beberapa unsure seperti uranium, torium, dan potassium. Oleh karena itu, melalui perhitungan kesesuaian timah dengan uranium dalam sampel yang diambil dari gunung manapun dan dengan mengetahui separuh usia uranium, niscaya usia sampel tersebut bisa ditentukan, selanjutnya bisa diketahui waktu pembentukan gunung tersebut.
Para ilmuwan telah menemukan usia gunung tertua yang terletak di Al-Dar’u Al-Kindi yang mencapai kira-kira 4 milyar tahun. Karena waktu tersebut sama dengan 4 hari dari enam hari penciptaan alam, maka lamanya tiap-tiap hari mencapai sekitar 1 milyar tahun. Berdasarkan hal tersebut, usia alam ini  mencapai 6 milyar tahun. Bisa diasumsikan bahwa usia gunung tertua tersebut adalah benar. Namun, kebenaran ilmu pengetahuan tentang ini tetap dimiliki Zat yang mengetahui hal ghaib dan nyata, Sang Pencipta langit dan bumi, yang telah berfirman sebagai berikut:


“Kepada-Nyalah ilmu tentang Hari Kiamat itu dikembalikan. Tidak ada buah-buahan yang keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan semuanya dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka, ‘Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (berhala yang disembah)?’ Mereka menjawab, ‘Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorang pun diantara kami yang dapat member kesaksian (bahwa Engkau mempunyai sekutu)”(QS Fushshilat [41]:47).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar